Warung Burjo Kok Nggak Jualan Bubur Kacang Ijo
Warung burjo menjadi salah satu pilar penopang anak kost termasuk saya. Warung Burjo biasannya menyediakan menu berupa aneka olahan nasi dan mie serta minuman tapi yang paling populer tentu olahan indomienya. Tapi hal aneh yang saya sadari seputar warung burjo adalah warung burjo kan singkatan dari bubur kacang ijo nah anehnya adalah warung burjo di sekitaran tempat kost saya sama sekali tidak menjual bubur kacang ijo. Tidak pernah saya jumpai warung burjo otentik yang menjual bubur kacang ijo.
Mungkin fenomena warung burjo namun tidak menjual bubur kacang ijo ini bisa dianggap penyimpangan sosial. Hal tersebut dikkarenakan ada salah satu unsur penggerak ekonomi masyarakat yaitu pedagang burjo tidak menempatkan sesuatu sebagaimana mestinya sesuai tempatnya.
Warung burjo yang tidak menjual bubur kacang ijo bisa diibaratkan toko lampu yang tidak menjual lampu, toko ikan yang tidak menjual ikan serta toko bangunan yang tidak menjual bangunan, tapi ngomong-ngomong toko bangunan kan memang tidak menjual bangunan ya?
Terkadang saya berpikir kenapa para pelaku usaha burjo ini tidak mengganti nama warung mereka dari warung burjo ke warmindo karena mereka jelas-jelas menjual olahan mie instan bukannya bubur kacang ijo. Mungkin hal tersebut ada hubungannya dengan faktor marketing karena nama burjo sudah mahsyur dan lebih dikenal di kalangan mahasiswa maka banyak orang juga yang ikut-ikutan mendirikan warung burjo juga meskipun mereka tidak tau arti burjo yang sebenarnya. "Persetan dengan arti burjo yang penting warung rame," mungkin begitu hal yang terpikir di benak mereka.
Walaupun agak kurang sreg dengan nama warung burjo saya sebagai mahasiswa sangat terbantu dengan adanya warung-warung burjo ini si. Di warung inilah kita bisa makan murah dan enak serta tempatnya juga asyik untuk nongkrong bersama teman karena burjo biasanya sudah dilengkapi dengan televisi dan wifi gratis. Warung burjo juga biasanya buka 24 jam sehingga meskipun saya sebagai mahasiswa tiba-tiba terserang lapar maka hal tersebut tidak menjadi masalah karena ada warung burjo asal yang penting punya duit. Walupun namanya tidak pada tempatnya, aku tetap cinta warung burjo.
Mungkin fenomena warung burjo namun tidak menjual bubur kacang ijo ini bisa dianggap penyimpangan sosial. Hal tersebut dikkarenakan ada salah satu unsur penggerak ekonomi masyarakat yaitu pedagang burjo tidak menempatkan sesuatu sebagaimana mestinya sesuai tempatnya.
Warung burjo yang tidak menjual bubur kacang ijo bisa diibaratkan toko lampu yang tidak menjual lampu, toko ikan yang tidak menjual ikan serta toko bangunan yang tidak menjual bangunan, tapi ngomong-ngomong toko bangunan kan memang tidak menjual bangunan ya?
Terkadang saya berpikir kenapa para pelaku usaha burjo ini tidak mengganti nama warung mereka dari warung burjo ke warmindo karena mereka jelas-jelas menjual olahan mie instan bukannya bubur kacang ijo. Mungkin hal tersebut ada hubungannya dengan faktor marketing karena nama burjo sudah mahsyur dan lebih dikenal di kalangan mahasiswa maka banyak orang juga yang ikut-ikutan mendirikan warung burjo juga meskipun mereka tidak tau arti burjo yang sebenarnya. "Persetan dengan arti burjo yang penting warung rame," mungkin begitu hal yang terpikir di benak mereka.
Walaupun agak kurang sreg dengan nama warung burjo saya sebagai mahasiswa sangat terbantu dengan adanya warung-warung burjo ini si. Di warung inilah kita bisa makan murah dan enak serta tempatnya juga asyik untuk nongkrong bersama teman karena burjo biasanya sudah dilengkapi dengan televisi dan wifi gratis. Warung burjo juga biasanya buka 24 jam sehingga meskipun saya sebagai mahasiswa tiba-tiba terserang lapar maka hal tersebut tidak menjadi masalah karena ada warung burjo asal yang penting punya duit. Walupun namanya tidak pada tempatnya, aku tetap cinta warung burjo.