14 Organisasi Pergerakan Nasional
Hallo agan…Masa pergerakan nasional di Indonesia ditandai
dengan berdirinya organisasi-organisasi pergerakan. Masa pergerakan nasional
(1908 - 1942), dibagi dalam tiga tahap berikut.
1. Masa pembentukan (1908 - 1920) berdiri organisasi
seperti Budi Utomo, Sarekat Islam, dan Indische Partij.
2. Masa radikal/nonkooperasi (1920 - 1930), berdiri
organisasi seperti Partai Komunis Indonesia (PKI), Perhimpunan Indonesia (PI),
dan Partai Nasional Indonesia (PNI).
3. Masa moderat/kooperasi (1930 - 1942), berdiri
organisasi seperti Parindra, Partindo, dan Gapi. Di samping itu juga berdiri
organisasi keagamaan, organisasi pemuda, dan organisasi perempuan.
Baca juga: Kronologis peristiwa rengasdengklok
Baca juga: Kronologis peristiwa rengasdengklok
1.
Budi Utomo (BU)
Pada awal abad XX sudah banyak mahasiswa di kota-kota
besar terutama di Pulau Jawa. Sekolah kedokteran bernama STOVIA (School tot
Opleideing van Inlandsche Aartsen) terdapat di Jakarta. Para tokoh mahasiswa
kedokteran sepakat untuk memperjuangkan nasib rakyat Indonesia dengan memajukan
pendidikan rakyat. Pada tanggal 20 Mei 1908 sebuah organisasi bernama Budi
Utomo dibentuk di Jakarta. Ketua Budi Utomo adalah dr Sutomo, dan tonggak berdirinya
Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908 dikenang sebagai Hari Kebangkitan Nasional.
Tokoh lain pendiri Budi Utomo adalah Gunawan, Cipto Mangunkusumo, dan R.T. Ario
Tirtokusumo.
Baca juga: Potensi sumber daya manusia indonesia
Pada mulanya Budi Utomo bukanlah sebuah partai politik. Tujuan utamanya adalah kemajuan bagi Hindia Belanda. Hal ini terlihat dari tujuan yang hendak dicapai yaitu perbaikan pelajaran di sekolah-sekolah, mendirikan badan wakaf yang mengumpulkan tunjangan untuk kepentingan belanja anak-anak bersekolah, membuka sekolah pertanian, memajukan teknik dan industri, menghidupkan kembali seni dan kebudayaan bumi putera, dan menjunjung tinggi cita-cita kemanusiaan dalam rangka mencapai kehidupan rakyat yang layak.
Dalam perkembangannya, di tubuh Budi Utomo muncul dua aliran
berikut.
a. Pihak kanan, berkehendak supaya keanggotaan dibatasi
pada golongan terpelajar saja, tidak bergerak dalam lapangan politik dan hanya
membatasi pada pelajaran sekolah saja.
b. Pihak kiri, yang jumlahnya lebih kecil terdiri dari
kaum muda berkeinginan ke arah gerakan kebangsaan yang demokratis, lebih
memerhatikan nasib rakyat yang menderita.
Adanya dua aliran dalam tubuh Budi Utomo menyebabkan terjadinya
perpecahan. Dr. Cipto Mangunkusumo yang mewakili kaum muda keluar dari
keanggotaan. Akibatnya gerak Budi Utomo semakin lamban. Berikut ini ada
beberapa faktor yang menyebabkan semakin lambannya Budi Utomo.
a. Budi Utomo cenderung memajukan pendidikan untuk kalangan
priyayi daripada penduduk umumnya.
b. Lebih mementingkan pemerintah kolonial Belanda
daripada kepentingan rakyat Indonesia.
c. Menonjolnya kaum priyayi yang lebih mengutamakan
jabatan menyebabkan kaum terpelajar tersisih. Ketika meletus Perang Dunia I
tahun 1914, Budi Utomo mulai terjun dalam bidang politik.
Pada tahun 1935 Budi Utomo mengadakan fusi ke dalam
Partai Indonesia Raya (Parindra). Sejak itu BU terus mengalami kemerosotan dan
mundur dari arena politik.
2.
Sarekat Islam (SI)
Pada mulanya Sarekat Islam adalah sebuah perkumpulan para
pedagang yang bernama Sarekat Dagang Islam (SDI). Pada tahun 1911, SDI
didirikan di kota Solo oleh H. Samanhudi sebagai suatu koperasi pedagang batik
Jawa. Garis yang diambil oleh SDI adalah kooperasi, dengan tujuan memajukan perdagangan
Indonesia di bawah panji-panji Islam. Keanggotaan SDI masih terbatas pada ruang
lingkup pedagang, maka tidak memiliki anggota yang cukup banyak. Oleh karena
itu agar memiliki anggota yang banyak dan luas ruang lingkupnya, maka pada
tanggal 18 September 1912, SDI diubah menjadi SI (Sarekat Islam). Organisasi Sarekat
Islam (SI) didirikan oleh beberapa tokoh SDI seperti H.O.S Cokroaminoto, Abdul
Muis, dan H. Agus Salim. Sarekat Islam berkembang pesat karena bermotivasi agama
Islam. Latar belakang ekonomi berdirinya Sarekat Islam adalah:
a. perlawanan terhadap para pedagang perantara (penyalur)
oleh orang Cina,
b. isyarat pada umat Islam bahwa telah tiba waktunya untuk
menunjukkan kekuatannya
c. membuat front melawan semua penghinaan terhadap rakyat
bumi putera.
Tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan anggaran dasarnya
adalah:
a. mengembangkan jiwa berdagang,
b. memberi bantuan kepada anggotanya yang mengalami
kesukaran,
c. memajukan pengajaran den semua yang mempercepat
naiknya
derajat bumi putera,
d. menentang pendapat-pendapat yang keliru tentang agama
Islam,
e. tidak bergerak dalam bidang politik, dan
f. menggalang persatuan umat Islam hingga saling tolong
menolong.
Pada tanggal 29 Maret 1913, para pemimpin SI mengadakan pertemuan
dengan Gubernur Jenderal Idenburg untuk memperjuangkan SI berbadan hukum.
Jawaban dari Idenburg pada tanggal 29 Maret 1913, yaitu SI di bawah pimpinan
H.O.S Cokroaminoto tidak diberi badan hukum. Ironisnya yang mendapat pengakuan
pemerintah colonial Belanda (Gubernur Jenderal Idenburg) justru cabang-cabang SI
yang ada di daerah. Ini suatu taktik pemerintah colonial Belanda dalam memecah
belah persatuan SI. Bayangan perpecahan muncul dari pandangan yang berbeda
antara H.O.S Cokroaminoto dengan Semaun mengenai kapitalisme. Menurut Semaun
yang memiliki pandangan sosialis, bergandeng dengan kapitalis adalah haram.
Dalam kongres SI yang dilaksanakan tahun 1921, ditetapkan adanya disiplin
partai rangkap anggota. Setiap anggota SI tidak boleh merangkap sebagai anggota
organisasi lain terutama yang beraliran komunis. Akhirnya SI pecah menjadi dua
yaitu SI Putih dan SI Merah.
a. SI Putih, yang tetap berlandaskan nasionalisme dan Islam.
Dipimpin oleh H.O.S. Cokroaminoto, H. Agus Salim, dan Suryopranoto yang
berpusat di Yogyakarta.
b. SI Merah, yang berhaluan sosialisme kiri (komunis). Dipimpin
oleh Semaun, yang berpusat di Semarang. Dalam kongresnya di Madiun, SI Putih
berganti nama menjadi Partai Sarekat Islam (PSI). Kemudian pada tahun 1927
berubah lagi menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII). Sementara itu, SI
Sosialis/Komunis berganti nama menjadi Sarekat Rakyat (SR) yang merupakan
pendukung kuat Partai Komunis Indonesia (PKI).
3.
Indische Partij (IP)
Indische Partij adalah partai politik pertama di
Indonesia. menunjukkan para pendiri
Indische Partij yang terkenal dengan sebutan tiga serangkai E.F.E. Douwes
Dekker (Danudirjo Setiabudi), R.M. Suwardi Suryaningrat, dan dr. Cipto
Mangunkusumo. Indische Partij dideklarasikan tanggal 25 Desember 1912.
Tujuan Indische Partij sangat jelas, yakni mengembangkan
semangat nasionalisme bangsa Indonesia. Keanggotaannya pun terbuka bagi semua
golongan tanpa memandang suku, agama, dan ras.
Pada tahun 1913 terdapat persiapan pelaksanaan perayaan
100 tahun pembebasan Belanda dari kekuasaan Perancis. Belanda meminta rakyat
Indonesia untuk turut memperingati hari tersebut. Para tokoh Indische Partij
menentang rencana tersebut. Suwardi Suryaningrat menulis artikel yang dimuat
dalam harian De Expres, dengan judul Als Ik een Nederlander was (Seandainya aku
orang Belanda). Suwardi mengecam Belanda, bagaimana mungkin bangsa terjajah
(Indonesia) disuruh merayakan kemerdekaan penjajah. Pemerintah Belanda marah dengan
sikap para tokoh Indische Partij. Akhirnya Douwes Dekker, Tjipto Mangunkusumo,
dan Suwardi Suryaningrat ditangkap dan dibuang ke Belanda.
4.
Perhimpunan Indonesia
Pada tahun 1908 di Belanda berdiri sebuah organisasi yang
bernama Indische Vereeniging. Pelopor pembentukan organisasi ini adalah Sutan
Kasayangan Soripada dan RM Noto Suroto. Para mahasiswa lain yang terlibat dalam
organisasi ini adalah R. Pandji Sosrokartono, Gondowinoto, Notodiningrat, Abdul
Rivai, Radjiman Wediodipuro (Wediodiningrat), dan Brentel.
Tujuan dibentuknya Indische Vereeniging adalah Indonesia merdeka, memperoleh suatu
pemerintahan Indonesia yang bertanggung jawab kepada seluruh rakyat. Kedatangan
tokoh-tokoh Indische Partij seperti Cipto Mangunkusumo dan Suwardi
Suryaningrat, sangat mempengaruhi perkembangan Indische Vereeniging. Masuk
konsep “Hindia Bebas” dari Belanda, dalam pembentukan negara Hindia yang
diperintah oleh rakyatnya sendiri. Perasaan anti-kolonialisme semakin menonjol
setelah ada seruan Presiden Amerika Serikat Woodrow Wilson tentang kebebasan
dalam menentukan nasib sendiri pada negara-negara terjajah (The Right of Self
Determination).
5.
Partai Komunis Indonesia (PKI)
Partai Komunis Indonesia (PKI) secara resmi berdiri pada
tanggal 23 Mei 1920. Berdirinya PKI tidak terlepas dari ajaran Marxis yang
dibawa oleh Sneevliet. Ia bersama teman-temannya seperti Brandsteder, H.W
Dekker, dan P. Bergsma, mendirikan Indische Social Democratische Vereeniging
(ISDV) di Semarang pada tanggal 4 Mei 1914. Tokoh-tokoh Indonesia yang
bergabung dalam ISDV antara lain Darsono, Semaun, Alimin, dan lain-lain.
PKI terus berupaya mendapatkan pengaruh dalam masyarakat.
Salah satu upaya yang ditempuhnya adalah melakukan infiltrasi dalam tubuh
Sarekat Islam. Organisasi PKI makin kuat ketika pada bulan Februari 1923
Darsono kembali dari Moskow. Ditambah dengan tokoh-tokoh Alimin dan Musso, maka
peranan politik PKI semakin luas.
Pada tanggal 13 November 1926, Partai Komunis Indonesia
mengadakan pemberontakan di Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Pemberontakan
ini sangat sia-sia karena massa sama sekali tidak siap di samping organisasinya
masih kacau. PKI telah mengorbankan ribuan orang yang termakan hasutan untuk
ikut serta dalam pemberontakan. Dampak buruk lainnya yang menimpa para pejuang
pergerakan di tanah air adalah berupa pengekangan dan penindasan yang luar biasa
dari pemerintah Belanda sehingga sama sekali tidak punya ruang gerak. Walaupun
PKI dinyatakan sebagai partai terlarang tetapi secara ilegal mereka masih
melakukan kegiatan politiknya. Semaun, Darsono, dan Alimin meneruskan
propaganda untuk tetap memperjuangkan aksi revolusioner di Indonesia.
6.
Partai Nasional Indonesia (PNI)
Berdirinya partai-partai dalam pergerakan nasional banyak
berawal dari studie club. Salah satunya adalah Partai Nasional Indonesia (PNI).
Partai Nasional Indonesia (PNI) yang lahir di Bandung pada tanggal 4 Juli 1927
tidak terlepas dari keberadaan Algemeene Studie Club. Lahirnya PNI juga
dilatarbelakangi oleh situasi sosio politik yang kompleks. Pemberontakan PKI
pada tahun 1926 membangkitkan semangatuntuk menyusun kekuatan baru dalam
menghadapi pemerintah kolonial Belanda. Rapat pendirian partai ini dihadiri Ir.
Soekarno, Dr. Cipto Mangunkusumo, Soedjadi, Mr. Iskaq Tjokrodisuryo, Mr.
Budiarto, dan Mr. Soenarjo. Pada awal berdirinya, PNI berkembang sangat pesat
karena didorong oleh faktor-faktor berikut.
a. Pergerakan yang ada lemah sehingga kurang bisa
menggerakkan massa.
b. PKI sebagai partai massa telah dilarang.
c. Propagandanya menarik dan mempunyai orator ulung yang
bernama Ir. Soekarno (Bung Karno).
Untuk mengobarkan semangat perjuangan nasional, Bung Karno
mengeluarkan Trilogi sebagai pegangan perjuangan PNI. Trilogi tersebut mencakup
kesadaran nasional, kemauan nasional, dan perbuatan nasional.
Tujuan PNI adalah mencapai Indonesia merdeka. Untuk mencapai
tujuan tersebut, PNI menggunakan tiga asas yaitu self help (berjuang dengan
usaha sendiri) dan nonmendiancy, sikapnya terhadap pemerintah juga antipati dan
nonkooperasi. Dasar perjuangannya adalah marhaenisme.
7.
Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI)
PPPKI dibentuk di Bandung pada tanggal 17 - 18 Desember 1927.
Beranggotakan organisasi-organisasi seperti Partai Sarekat Islam Indonesia
(PSII), Budi Utomo (BU), PNI, Pasundan, Sumatranen Bond, Kaum Betawi, dan Kaum
Studi Indonesia. Tujuan dibentuknya PPPKI yaitu:
a. menghindari segala perselisihan di antara
anggota-anggotanya;
b. menyatukan organisasi, arah, serta cara beraksi dalam
perjuangan kemerdekaan Indonesia
c. mengembangkan persatuan kebangsaan Indonesia.
Pembentukan organisasi PPPKI sebagai ide persatuan sejak awal
mengandung benih-benih kelemahan dan keretakan. Berikut ini ada beberapa faktor
yang menyebabkan keretakan tersebut.
a. Masing-masing anggota lebih mementingkan loyalitas
pada masing-masing kelompoknya.
b. Kurangnya kontrol pusat terhadap aktivitas lokal.
c. Perbedaan gaya perjuangan di antara
organisasi-organisasi anggota PPKI tersebut.
8.
Partai Indonesia (Partindo)
Ketika Ir. Soekarno yang menjadi tokoh dalam PNI
ditangkap pada tahun 1929, maka PNI pecah menjadi dua yaitu Partindo dan PNI
Baru. Partindo didirikan oleh Sartono pada tahun 1929. Sejak awal berdirinya
Partindo memiliki banyak anggota dan terjun dalam aksi-aksi politik menuju
Indonesia Merdeka. Dasar Partindo sama dengan PNI yaitu nasional. Tujuannya adalah
mencapai Indonesia merdeka. Asasnya pun juga sama yaitu self help dan
nonkooperasi.
Partindo semakin kuat setelah Ir. Soekarno bergabung ke dalamnya
pada tahun 1932, setelah dibebaskan dari penjara. Namun, karena
kegiatan-kegiatannya yang sangat radikal menyebabkan pemerintah melakukan
pengawasan yang cukup ketat. Karena tidak bisa berkembang, maka tahun 1936
Partindo bubar.
9.
Partai Indonesia Raya (Parindra)
Partai Indonesia Raya (Parindra). Parindra didirikan di
kota Solo oleh dr. Sutomo pada tanggal 26 Desember 1935. Parindra merupakan
fusi dan Budi Utomo dan Persatuan Bangsa Indonesia (PBI). Tujuan Parindra
adalah mencapai Indonesia Raya. Asas politik Parindra adalah insidental,
artinya tidak berpegang pada asas kooperasi maupun nonkooperasi.
Sikapnya terhadap pemerintah tergantung pada situasi dan
kondisi yang dihadapi, jadi luwes. Tokoh-tokoh Parindra yang terkenal dalam
membela kepentingan rakyat di volksraad adalah Moh. Husni Thamrin.
Parindra berjuang agar wakil-wakil volksraad semakin
bertambah sehingga suara yang berhubungan dengan upaya mencapai Indonesia
merdeka semakin diperhatikan oleh pemerintah Belanda. Perjuangan Parindra dalam
volksraad cukup berhasil, terbukti pemerintah Belanda mengganti istilah inlandeer
menjadi Indonesier.
10.
Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo)
Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo) didirikan di Jakarta pada
tanggal 24 Mei 1937 oleh orang-orang bekas Partindo. Tokoh-tokohnya antara lain
Sartono, Sanusi Pane, dan Moh. Yamin. Dasar dan tujuannya adalah nasional dan
mencapai Indonesia Merdeka. Gerindo juga menganut asas incidental yang sama
dengan Parindra. Tujuan Gerindo antara lain:
a. mencapai Indonesia Merdeka,
b. memperkokoh ekonomi Indonesia,
c. mengangkat kesejahteraan kaum buruh, dan
d. memberi bantuan bagi kaum pengangguran.
11.
Gabungan Politik Indonesia (Gapi)
Pada tanggal 15 Juli 1936, partai-partai politik dengan
dipelopori oleh Sutardjo Kartohadikusumo mengajukan usul atau petisi, yaitu permohonan
supaya diselenggarakan suatu musyawarah antara wakilwakil Indonesia dan negara
Belanda di mana anggotanya mempunyai hak yang sama.
Tujuannya adalah
untuk menyusun suatu rencana pemberian kepada Indonesia suatu pemerintah yang
berdiri sendiri. Namun usul tersebut ditolak oleh pemerintah kolonial Belanda. Adanya
kekecewaan terhadap keputusan pemerintah Belanda tersebut, atas prakarsa Moh.
Husni Thamrin pada tanggal 21 Mei 1939, dibentuklah Gabungan Politik Indonesia
(Gapi). Berikut ini ada beberapa alasan yang mendorong terbentuknya Gapi.
a. Kegagalan petisi Sutarjo. Petisi ini berisi permohonan
agar diadakan musyawarah antara wakil-wakil Indonesia dan Belanda. Tujuannya
adalah agar bangsa Indonesia diberi pemerintahan yang berdiri sendiri.
b. Kepentingan internasional akibat timbulnya fasisme.
c. Sikap pemerintah yang kurang memerhatikan kepentingan bangsa
Indonesia.
Tujuan Gapi adalah menuntut pemerintah Belanda agar Indonesia
mempunyai parlemen sendiri, sehingga Gapi mempunyai semboyan Indonesia
Berparlemen. Tuntutan Indonesia Berparlemen terus diperjuangkan dengan gigih.
Akhirnya pemerintah Belanda membentuk komisi yang dikenal dengan nama Komisi
Visman karena diketuai oleh Dr. F.H.Visman. Tugas komisi ini adalah menyelidiki
dan mem-pelajari perubahan-perubahan ketatanegaraan.
Namun, setelah melakukan penelitian, Komisi Visman
mengeluarkan kesimpulan yang mengecewakan bangsa Indonesia. Menurut komisi
tersebut, sebagian besar rakyat Indonesia berkeinginan hidup dalam ikatan
Kerajaan Belanda. Gapi menolak keputusan tersebut, sebab dianggap hanya
rekayasa Belanda dan bertentangan dengan keinginan rakyat Indonesia.
12.
Organisasi Keagamaan
Muhammadiyah adalah organisasi Islam modern yang didirikan
di Yogyakarta pada tanggal 18 November 1912 oleh K.H. Ahmad Dahlan.
Muhammadiyah berarti umat Muhammad atau pengikut Muhammad. Dengan nama ini
memiliki harapan dapat mencontoh segala jejak perjuangan dan pengabdian Nabi Muhammad.
Di samping Muhammadiyah, gerakan keagamaan lain yang memiliki
andil bagi kemajuan bangsa antara lain, berikut ini.
a. Jong Islamienten Bond, berdiri tanggal 1 Januari 1925
di Jakarta.
b. Nahdlatul Ulama (NU), berdiri pada tanggal 31 Januari
1926 di Surabaya, Jawa Timur.
c. Nahdlatul Wathan, berdiri tahun 1932 di Pacor, Lombok
Timur.
13.
Organisasi Pemuda dan Wanita
Perkumpulan pemuda yang pertama berdiri adalah Tri Koro Dharmo.
Organisasi ini berdiri pada tanggal 7 Maret 1915 di Jakarta atas petunjuk Budi
Utomo. Diprakarsai oleh dr. Satiman Wirjosandjojo, Kadarman, dan Sunardi.
Mereka mufakat untuk mendirikan organisasi kepemudaan yang anggotanya berasal
dari siswa sekolah menengah di Jawa dan Madura. Perkumpulan ini diberi nama Tri
Koro Dharmo yang berarti tiga tujuan mulia (sakti, budhi, bakti).
Organisasi kepemudaan lainnya yang bersifat kedaerahan
banyak bermunculan seperti Pasundan, Jong Sumatranen Bond, Jong Minahasa, Jong
Batak, Jong Ambon, Jong Celebes, Timorees Ver Bond, PPPI (Perhimpunan Pelajar
Pelajar Indonesia), Pemuda Indonesia, Jong Islamienten Bond, kepanduan, dan
sebagainya.
Di samping gerakan para pemuda, kaum wanita juga tidak
mau ketinggalan. Pergerakan wanita dipelopori oleh R.A.Kartini dari Jepara dengan
mendirikan Sekolah Kartini. Perkumpulan wanita yang didirikan sebelum tahun
1920 antara lain Putri Mardika yang didirikan atas bantuan Budi Utomo.
Perkumpulan ini bertujuan untuk memajukan pengajaran terhadap anak-anak
perempuan dengan cara memberi penerangan dan bantuan dana, mempertinggi sikap yang
merdeka, dan melenyapkan tindakan malu-malu yang melampaui batas.
Perkumpulan Kautamaan Istri didirikan pada tahun 1913 di
Tasikmalaya, lalu pada tahun 1916 di Sumedang, Cianjur, dan tahun 1917 di
Ciamis, menyusul di Cicurug
tahun 1918. Tokoh Kautamaan Istri yang terkenal adalah
Raden Dewi Sartika.
Di Yogyakarta pada tahun 1912 didirikan perkumpulan wanita
yang benafaskan Islam dengan nama Sopa Tresna, yang kemudian pada tahun 1914 menjadi
bagian wanita dari Muhammadiyah dengan nama Aisyah. Di Yogyakarta selain Aisyah
juga
ada perkumpulan wanita yang bernama Wanito Utomo, yang
mulai memasukkan perempuan ke dalam kegiatan dasar pekerjaan ke arah emansipasi.
Di samping R.A.Kartini dan Dewi Sartika, masih terdapat
seorang tokoh wanita yaitu Ibu Maria Walanda Maramis dari Minahasa. Beliau mendirikan
perkumpulan yang bernama Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunnya (PIKAT) pada
tahun 1917. PIKAT dalam kegiatannya mendirikan Sekolah Kepandaian Putri.
14.
PPPI (Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia)
Sumpah pemuda, tidak dapat lepas dari organisasi
kepemudaan yang bernama PPPI (Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia) yang didirikan
pada tahun 1926. PPPI mendapat dukungan dari sejumlah organisasi kepemudaan
seperti Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon, Sekar Rukun, Jong Minahasa,
Jong Batak, dan Jong Islamienten Bond dengan penuh keyakinan ingin mencapai tujuannya
yaitu persatuan Indonesia. Para pemuda ini menginginkan suatu upaya penyatuan
peletakan dasar untuk kemerdekaan dengan menentang ketidakadilan yang dialami
selama masa penjajahan.
Itu dia artikel tentang 14 Organisasi Pergerakan Nasional semoga bermanfaat bagi agan.